Ironis. Meski telah menelan anggaran sebesar Rp1,5 miliar, bangunan SD Negeri 75 Maluku Tengah di Negeri Samasuru, Kecamatan Teluk Elpaputih, justru menunjukkan kerusakan yang cukup parah pasca-renovasi.
Kepala Sekolah SD Negeri 75 Maluku Tengah, Erny Siahaya, saat ditemui tim DMS Media Group pada Selasa (29/7/2025), mengungkapkan kekecewaannya atas kondisi bangunan sekolah yang belum genap setahun direhabilitasi.
“Kami sangat kecewa. Bayangkan, anggaran Rp1,5 miliar sudah keluar, tapi hasilnya seperti ini. Atap bocor, dinding retak, dan banyak fasilitas yang tidak sesuai standar,” ujar Erny dengan nada prihatin.
Erny menjelaskan bahwa terdapat tiga ruang baru yang dibangun, yakni ruang TIK, perpustakaan, dan UKS. Selain itu, juga dilakukan renovasi terhadap enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah. Namun, hasil akhir dari pekerjaan tersebut dinilai sangat jauh dari layak.
“Ruang UKS bahkan tidak bisa dipakai karena bocor. Rumah dinas guru pun dibangun ulang secara terburu-buru tanpa pintu dan jendela. Bagaimana bisa ditempati?” tambahnya.
Kerusakan mencolok terlihat pada bagian atap bangunan yang mulai rusak karena terkena terpaan angin. Akibatnya, beberapa ruang kelas mengalami kebocoran parah saat hujan turun.
Erny juga menyoroti bahwa beberapa komponen penting yang seharusnya dikerjakan dalam proyek rehab, seperti penggantian pintu, jendela, tegel lantai, hingga kaca yang pecah, sama sekali tidak disentuh oleh kontraktor.
“Kami bahkan harus cari dana sendiri untuk cat ulang bangunan, karena tidak ada dianggarkan. Seharusnya, ini tanggung jawab pihak pelaksana proyek,” katanya.
Saat ditanya mengenai kontraktor proyek, Erny menyebut bahwa pembangunan dilakukan pada tahun 2023 oleh Sandro Aweyakuany bersama saudaranya, Hanter Awayakuany. Namun, realisasinya jauh dari harapan.
“Kami sebagai pihak sekolah hanya bisa menerima, tapi kondisi yang kami terima sangat tidak sesuai. Kami berharap aparat terkait bisa turun tangan,” tegasnya.
Erny berharap agar pihak berwenang segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek tersebut, agar ke depan tidak terjadi hal serupa, khususnya pada proyek-proyek pendidikan.
“Kalau proyek sekolah saja kualitasnya begini, bagaimana kita mau menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman untuk anak-anak? Ini harus jadi perhatian serius,” tutupnya.
Dengan dana sebesar itu, masyarakat berharap adanya perbaikan infrastruktur pendidikan yang berkualitas. Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya sekolah dibiarkan dalam kondisi rapuh dan tak layak pakai.*ct*
0 Comments